suzuki-reduksi-karbon

Ini Dia Cara Suzuki Reduksi Karbon di Indonesia, Target 41%

calender24-01-2024
clock12:00

UCauction, Jakarta - Kiprah Suzuki di Indonesia telah memasuki usia ke-53 tahun, dan berkomitmen untuk menyediakan produk rendah emisi dan ramah lingkungan. Tujuannya jelas untuk reduksi karbon.

Sebagai langkah utama yang diambil, Suzuki memperhatikan aspek pelestarian alam dalam proses produksi kendaraan mereka di Indonesia. Suzuki juga berencana untuk mereduksi karbon dalam jumlah lebih besar pada tahun 2060 mendatang.

Selain teknologi hybrid dan desain mesin yang rendah emisi, Suzuki Indonesia juga fokus membangun sistem produksi pabrik yang ramah lingkungan terhitung sejak tahun 2020 lalu. Sejumlah upaya sudah dilakukan, dengan memperhitungkan kondisi geografis sebagai negara kepulauan tropis dan kekayaan alam yang sesuai untuk mendukung agenda besar terhadap lingkungan.

Joshi Prasetya, Dept. Head of Strategic Planning PT SIS, menjelaskan, prioritas utama perusahaan saat ini memang berfokus pada target reduksi karbon. “Suzuki Indonesia saat ini sangat fokus mengkaji dan menjalankan beragam strategi untuk mencapai target reduksi karbon perusahaan di tahun 2060 mendatang,” ujarnya.

“Hal ini tentu sejalan dengan visi Suzuki Global dan pemerintah Indonesia yang juga menargetkan reduksi emisi hingga 41% di tahun 2030, serta Net Zero Emission,” imbuhnya.

Baca juga: Penjualan Suzuki Carry Pick Up Tembus 44.391 unit, Ini Alasannya

Lebih lanjut Ia pun menerangkan, ada beberapa langkah terintegrasi yang Suzuki kerjakan dalam perjalanan ini. “Ini dapat dilihat lewat produksi kendaraan yang ramah lingkungan dan rendah emisi, kegiatan CSR dan Peduli Pendidikan yang menjangkau dan mengedukasi banyak siswa daerah di Indonesia, maupun implementasi reduksi karbon di seluruh pabrik Suzuki,” tambahnya.

Langkah Suzuki Reduksi Karbon


Sistem reduksi karbon di lingkungan pabrik Suzuki didukung oleh sejumlah inisiatif yang penerapannya berfokus untuk mencapai upaya menekan emisi karbon dari hulu hingga ke hilir. Sebagai langkah awal, Suzuki Indonesia menjalankan Suzuki Green Procurement Guideline.

Suzuki Greend Procurement Guideline merupakan panduan peraturan dan kesepakatan atas pengujian dan pengawasan bahwa seluruh vendor yang menyuplai bahan produksi kepada pabrik Suzuki telah memiliki landasan hukum akan komitmen penjagaan lingkungan dan bebas dari 30 bahan kimia berbahaya yang sudah disahkan secara global. 

Hingga tahun 2023, Suzuki Green Procurement Guideline telah mengawasi 464 vendor aktifnya, tujuannya agar konsumen dapat yakin dan tenang seluruh produk Suzuki Indonesia aman untuk digunakan dan telah berstandar global.

Pabrikan berlogo 'S' itu juga menargetkan setiap vendor untuk dapat mengurangi 5% emisi di keseluruhan proses produksinya setiap tahun, dimulai dari tahun 2024. Ini merupakan langkah konkret yang dilakukan Suzuki Indonesia untuk menuju upaya reduksi karbon di tahun 2060.

Baca juga: Penjualan Ritel Suzuki Naik di Akhir 2023, Mobil Hybrid Laris

Sejak tahun 2020 hingga 2023 lalu, Suzuki Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mereduksi penggunaan energi pada setiap proses produksi melalui metode Kaizen. Di tahun ini dan ke depannya, pabrikan menargetkan beberapa inisiatif diantaranya dengan upaya green energy, yaitu upaya penanaman tanaman sebagai ekosistem yang menunjang mitigasi perubahan iklim dengan penyerapan dan penyimpanan karbon biru yang dapat mengurangi emisi di berbagai wilayah Indonesia. 

Kedua adalah upaya green electricity, yaitu penerapan teknologi yang digunakan di pabrik, salah satu yang utama adalah pemanfaatan solar panel di beberapa titik pabrik sebagai sumber energi listrik terbarukan.


Tak sebatas itu saja, Suzuki juga akan menerapkan konversi energi dengan penggunaan water boiler yang memungkinkan pemanfaatan ulang energi panas yang dihasilkan dari proses pengecatan kendaraan. Hal ini dilakukan karena proses painting pada dasarnya merupakan penyumbang karbon terbesar dalam proses produksi kendaraan jika dibandingkan dengan proses lainnya seperti pencetakan, pengelasan, perakitan, dan pengecekan kualitas. 

Sebelum menerapkan konversi energi, proses painting atau pewarnaan yang sangat steril ini menyumbang kurang lebih 50 persen karbon dalam proses produksi kendaraan.

Jenama asal Jepang itu optimis dapat mencapai target milestone untuk mereduksi karbon lebih dari 41 persen pada tahun 2030 dan mengoptimalkan langkah menuju target reduksi karbon yang lebih besar lagi pada tahun 2060 mendatang.

“Kami percaya reduksi karbon merupakan aspek krusial untuk masa depan bangsa kita. Visi inilah yang mendorong kami untuk terus mengerjakan seluruh strategi reduksi karbon maupun konversi energi terbarukan dalam proses produksi, dan harapannya dapat mencapai taraf smart factory yang netral karbon di masa mendatang,” pungkas Joshi.

(DeF)